JERUK IMPOR PUKUL JERUK LOKAL
Masuknya jeruk impor asal China yang kian merajai pasar membuat petani jeruk di Desa Namorambe, Berastagi menjerit. Bagaimana tidak, pendapatan petani pada musim panen kali ini berkurang lantaran harga jeruk madu anjlok karena masuknya buah impor tersebut.
“Masuknya jeruk impor tersebut membuat harga jeruk madu lokal anjlok karena sebagian besar jeruk impor harganya lebih murah,” kata P Damanik, petani jeruk di Desa Namorambe kepada MedanBisnis, Rabu (22/2).
Murahnya jeruk impor yang masuk ke Sumut menyebabkan petani jeruk terpaksa menurunkan harga agar jeruk madu lokal tetap laku di pasaran. Dikatakannya, saat ini, petani melepas jeruk kepada pengumpul pada kisaran harga Rp4.000 hingga Rp5.000 per kg. Padahal, biasanya petani melepas jeruk pada kisaran harga Rp6.000 hingga Rp8.000 per kg.
Dengan murahnya harga jeruk tersebut, kata dia, pendapatan petani di sana menurun cukup signifikan. Bahkan penurunan pendapatan mencapai lebih dari 40% jika dibanding dengan masa panen sebelumnya pada Juni 2011 lalu. Dia mengakui saat ini petani jeruk di sana sedang memasuki masa panen besar sejak November 2011 lalu, di mana dalam sepekan setiap petani di sana rata-rata bisa memanen lebih dari 500 kg jeruk.
Pada tingkat pedagang di Berastagi, dikatakan, saat ini jeruk madu dijual pada kisaran harga Rp10.000 per kg. Begitupun, kata Damanik, pihaknya paling banyak memasok jeruk kepada sejumlah pedagang dari luar Berastagi, seperti Medan dan beberapa daerah lain. “Makanya kami tak terlalu mengandalkan penjualan di sini karena permintaan masih sedikit,” tambahnya.
Pantauan MedanBisnis di sejumlah pasar tradisional di Kota Medan, sebagian besar pedagang buah kebanyakan menjual jeruk impor yang didatangkan dari China dan Taiwan. Jeruk-jeruk tersebut dijual pada kisaran harga Rp12.00 per kg atau relatif lebih murah dibanding dengan jeruk madu lokal yang dipatok pada angka Rp15.000 per kg.
“Harga itu pun sudah mengalami penurunan dalam tiga bulan terakhir dimana saat itu jeruk madu lokal masih dijual pada kisaran harga Rp18.000 hingga Rp22.000 per kg,” kata Diana Sari, seorang pedagang buah di Pusat Pasar Medan.
Impor Melonjak
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumu mengungkapkan buah dan sayur impor di Sumatera Utara (Sumut) terus melonjak. Pada periode Januari hingga Desember 2011, komoditas hortikultura impor tersebut didominasi apel, bawang putih, pear, anggur, wortel, jamur, bayam, kacang kapri dan kentang.
Kasie Statistik Niaga dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Hafsyah Aprilia, mengatakan, nilai impor buah Sumut mengalami peningkatan dari US$ 37,899 juta dengan volume 42.299 ton pada periode Januari hingga Desember 2010 menjadi US$ 52,409 juta dengan volume 56.706 ton.
“Peningkatan ini didominasi impor buah apel dengan nilai US$ 17,730 juta dan volume 22.055 ton. Jumlah ini naik 16,32% dari periode yang sama tahun 2010 dengan nilai US$ 14,836 juta dengan volume 18.867 ton,” ujarnya.
Dia mengatakan, untuk buah-buahan impor yang banyak masuk ke Sumut seperti apel dari China dan Amerika Serikat, jagung manis dari Amerika Serikat, alpukat dari Malaysia, Israel dan Afrika Selatan (Afsel), komoditas jambu dari Thailand, mangga dari Taiwan, Thailand dan Afsel.
“Ada juga jeruk hibrid dalam bentuk segar dan kering yang berasal dari Taiwan, China, Mesir, Afrika Selatan, Australia, Amerika Serikat dan Argentina,” imbuh Hafsyah. Untuk jeruk, juga terus mengalami lonjakan dengan nilai US$ 6,613 juta dengan volume 7.457 ton.
Sementara untuk sayur impor yang paling banyak didatangkan ke Sumut yakni komoditas bawang merah, bawang putih, wortel, jamur, cabai, bayam, sayuran segar lainnya, kentang dan kacang kapri.
”Sayur-sayuran impor di Sumut tetap didominasi China dan Myanmar,” kata Hafsyah.
Ketua DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sumut, Paulus Ronald Sinambela, mengatakan, masih banyaknya buah dan sayur impor yang masuk ke Indonesia khususnya Sumut menjadi tanggung jawab pemerintah.
“Banyak kendala yang dihadapi petani dalam meningkatkan produktivitas tanamannya, baik dari kebutuhan pupuk, bibit, hama, hingga masa panen,” ucapnya.
Menurutnya, pemerintah harus serius membantu petani agar komoditas pertanian yang masuk dari luar negeri tidak lagi membanjiri hingga membuat petani semakin terpuruk. Padahhal, beberapa daerah di Sumut merupakan sentra produksi pertanian khususnya hortikultura. (daniel pekuwali/elvidaris)
sumber: http://www.medanbisnisdaily.com
Sumber : http://www.sinabungjaya.com/?p=34109
Tidak ada komentar:
Posting Komentar